Senin, 25 Februari 2013

Puisi Paskah



Karya Mu Menguatkan aku

Karya  :
Jenuard Mosses Nelwan

Rentetan derita menyayat hati
Merentang sejarah yang sangat panjang
Ada dendam…
Kedengkian…
Manipulasi dan kemunafikan
Membuka jalan bagi peristiwa tragis Golgota
Ia yang setia dan penuh kasih menjadi tersisi ke tepi
Diolok-olok
Dicerca
Diludahi
Drama viadolorosa membuat duka semakin menggigit
Misteri Derita… membuka tabir kegelapan
Menguak rahasia terdalam dari kasih Allah
                        Sungguh tak mampu ku salami
Betapa terbatasnya aku
Debu yang diberi hidup oleh Mu
Aku jatuh, berlumuran dosa
Dihimpit dan diikat oleh kesenangan duniawi
Betapa kotor dan hinanya aku
Tapi, Kau… Kau… Sang penguasa kehidupan
Rela mengangkat aku
Memutuskan tali dan melepaskan beban yang menghimpitku
Kau bayar dosaku dengan derita Mu
Kau tebus aku dengan tetesan darah
Aku selamat…
Aku bebas…
Karya Mu menguatkan aku
Penderitaan Mu Kristus
Membuat aku bertahan dalam penderitaan

Kamis, 14 Februari 2013

Penelitian di Watu Pinawetengan








JUDUL :
Watu Pinawetengan” Upacara Adat Maesaan dalam Mewujudkan Karakter Masyarakat Lokal Dan Mengembangkan Wisata Budaya Daerah Minahasa” 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Upaya pemeliharaan untuk memajukan dan membangkitkan peradaban bangsa merupakan proses dan tujuan yang bersifat jangka panjang dalam bidang sosial budaya. Diperlukan adanya strategi kebijakan sosial budaya nasional yang mampu menempatkan kemajuan peradaban nasional sebagai motivasi penting dalam memajukan bangsa dan negara. Terbukti bangsa Indonesia mampu bertahan bahkan berkembang melewati masa-masa krisis berkat keluhuran sistem nilai sosial budaya. Untuk itu, negara wajib melindungi kekayaan nilai-nilai sosial budaya masyarakat, termasuk melestarikannya demi kemajuan dan kesejahteraan umum.

Kebudayaan Minahasa merupakan hasil perjalanan orang Minahasa yang telah membentuk identitas dan jati diri masyarakat lokal. Kekuatan budaya memiliki peran penting dalam mengatasi masalah-masalah di masyarakat. Tanpa kebudayaan yang kuat dan berakar, budaya minahasa akan terombang-ambing dalam menghadapi globalisasi, apalagi masa depan yang semakin kompetitif. Pembangunan di bidang kebudayaan merupakan landasan bagi proses pembangunan karakter bangsa. Dalam menghadapi tantangan globalisasi serta persaingan antar-budaya, maka kita harus memperkokoh budaya bangsa. Warisan bangsa-bangsa perlu dilestarikan, dikembangkan, bahkan diperbarui agar dapat menjadi pedoman menuju masa depan cerah.

Bangsa Indonesia seperti halnya dengan bangsa-bangsa lain di dunia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan pembangunan global. Harus diakui bahwa tantangan itu semakin lama tidaklah semakin ringan, akan tetapi justru berkembang menjadi semakin kompleks dan beragam. Di sisi lain, globalisasi juga membuktikan bahwa hanya bangsa-bangsa yang memiliki karakter yang kuat dan tangguh yang akan sanggup menghadapi berbagai tantangan pembangunan. Bangsa yang kuat dan tangguh juga akan sanggup untuk mengubah berbagai tantangan itu menjadi peluang yang menguntungkan.

Bangsa Indonesia sejatinya adalah bangsa yang memiliki karakter positif yang kuat. Salah satu dari karakter itu adalah semangat perjuangan yang terbukti telah berhasil membawa bangsa ini merebut kemerdekaannya dan tampil sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Oleh karena itu, dewasa ini, di tengah maraknya tantangan pembangunan global yang sangat berat, maka menjadi kewajiban bagi segenap komponen bangsa untuk saling memberikan pencerahan dan saling berupaya membangun dan menumbuhkembangkan kembali karakter perjuangan itu. Seharusnya semua komponen bangsa harus bisa menampakkan karakter nasionalisme sebagai wujud dari rasa hormat kita kepada para pejuang bangsa yang telah merebut kemerdekaan.

Bangsa Indonesia memiliki berbagai kekayaan potensial khususnya budaya bangsa yang salah satunya berada di daerah minahasa. Oleh karena itu, untuk menjaga dan mengembangkan budaya bangsa di tengah era globalisasi, salah satu upaya yang harus dilakukan adalah melestarikan budaya bangsa. Generasi muda adalah salah satu komponen bangsa yang berkewajiban untuk melakukan upaya-upaya pelestarian budaya khususnya budaya lokal di era globalisasi agar budaya pewarisan dari leluhur yang mengandung nilai-nilai pembentukan karakter tidak mudah dilenyapkan oleh zaman yang terus berkembang dan mempengaruhi kita.

1.2. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan:
Apa upaya dalam mewujudkan karakter masyarakat lokal dan mengembangkan wisata budaya daerah minahasa terkait dengan upacara adat Maesaan “Watu Pinawetengan”  ?


1.3. TUJUAN PENELITIAN
-  Mendeskripsikan upaya-upaya dalam mewujudkan karakter masyarakat lokal dan mengembangkan wisata budaya daerah minahasa terkait dengan upacara adat Maesaan “Watu Pinawetengan” 
-  Pemenuhan Tugas sosiologi dengan Standar Kompetensi: Mempraktekan Metode Penelitian Sosial

1.4. MANFAAT PENELITIAN
-          Sebagai sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang kebudayaan pada khususnya.
-          Menjadi masukan bagi generasi muda khususnya siswa SMA untuk lebih giat melestarikan budaya lokal.
-          Sebagai sumbagan kepada pemerintah kabupaten minahasa untuk lebih memperhatikan cagar budaya yang terletak di daerah minahasa.

1.5. HIPOTESIS
        Adanya pengaruh antara Upacara Adat Maesaan Watu Pinawetengan” dalam Mewujudkan Karakter Masyarakat Lokal Dan Mengembangkan Wisata Budaya Daerah Minahasa.




 
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1. PENGERTIAN UPACARA ADAT
        Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat, antara lain, upacara penguburan, upacara perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku. Upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah.
Koentjaraningrat (1986) memberikan pengertian upacara adat sebagai suatu kelakuan keagamaan yang dilaksanakan menurut tata kelakuan yang baku sesuai dengan komponen keagamaan. Komponen keagamaan itu dapat dilihat dari : tempat upacara, waktu upacara dilaksanakan, benda-benda atau alat-alat upacara, orang yang melaksanakan dan pemimpin upacara.

2.2. PENGERTIAN KARAKTER
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti yaitu “Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain”.
Menurut, Ditjen Mandikdasmen (2000), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
W.B. Saunders, (1977) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.

Gulo W, (1982) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau  dari titik  tolak etis  atau  moral,  misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.

Kamisa, (1997) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.


2.3. PENGERTIAN BUDAYA
Secara harfiah kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Budaya sebagai kata benda sebenarnya merupakan terjemahan dari culture (Inggris) atau cultuur (Belanda). Kata-kata asing tersebut berasal dari bahasa Latin cultura yang berarti pemeliharaan, pengolahan, dan penggarapan tanah. Menurut kaidah bahasa Indonesia, kata budaya dapat menjadi kebudayaan sebagai kata sifat.

Menurut Yad Mulyadi (1999), budaya mempunyai beberapa definisi yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Adanya unsur-unsur budaya berupa perilaku yang nyata disatu pihak dan dilain pihak adanya unsur-unsur budaya berupa nilai-nilai, kepercayaan, norma dan perilaku manusia.
2.    Budaya dimiliki bersama oleh seluruh anggota masyarakat pendukung budaya yang bersangkutan.
3.    Budaya terbentuk sebagai hasil belajar.
Pristiadi Utomo (2008) mengemukakan budaya lokal adalah budaya yang hidup dan berkembang pada suku bangsa di setiap daerah.



 

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini dengan studi literatur. Studi literatur merupakan pencarian informasi dari berbagai sumber buku dan juga browsing di internet. Dalam penggunaan literatur, kelompok kami memilih sumber-sumber yang bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya. Selain itu, sumber yang dipergunakan pun berkaitan dengan tema karya ilmiah.

3.2  JENIS METODE
Kelompok kami mengambil jenis metode penelitian Deskriptif karena sebagian besar artikel dan meteri diambil dari beberapa buku sumber, wawancara dan internet.

3.3  JENIS TEKNIK
Kelompok kami mengambil teknik Wawancara yang dilakukan di desa Pinabetengan dalam memperlengkapi karya ilmiah ini. Dalam melakukan wawancara kami mengambil beberapa Narasumber yang kami nilai memiliki kemampuan memberikan argument menyangkut pertanyaan yang ada.


  
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara harfiah kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Budaya sebagai kata benda sebenarnya merupakan terjemahan dari culture (Inggris) atau cultuur (Belanda). Kata-kata asing tersebut berasal dari bahasa Latin cultura yang berarti pemeliharaan, pengolahan, dan penggarapan tanah. Menurut kaidah bahasa Indonesia, kata budaya dapat menjadi kebudayaan sebagai kata sifat.

Di era globalisasi ini generasi muda telah dipengaruhi oleh berbagai budaya asing yang masuk ke Indonesia. Akibat perputaran dari pembangunan globalisasi yang sangat cepat maka terjadilah interaksi dan ekspansi kebudayaan secara meluas. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya pengaruh budaya barat di Indonesia terlebih khusus di daerah Minahasa (Westernisasi) sehingga menimbulkan pengagungan material secara berlebihan (materialistik), pemisahan kehidupan duniawi dari supremasi agama (sekularistik), dan pemujaan kesenangan indera mengejar kenikmatan badani (hedonistik). Sebenarnya perilaku ini merupakan penyimpangan jauh dari budaya luhur sehingga memunculkan kriminalitas, Konflik, adanya disorientasi nilai-nilai dan norma-norma serta krisis moral secara meluas. Hubungan komunikasi, informasi, Sistem Stratifikasi yang terbuka, Pertentangan dalam masyarakat, maupun transportasi menjadikan satu sama lain menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi globalisasi maupun hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Hal tersebut juga merupakan pengaruh kebudayaan asing sebagai salah satu faktor penyebab terbentuknya masyarakat multikultural.

Ada beberapa pemicu masuknya budaya asing ke Indonesia, antara lain :

a. Arus etnis ditandai dengan mobilitas manusia yang tinggi dalam bentuk imigran, turis, pengungsi, tenaga kerja, dan pendatang.
b. Adanya keinginan yang kuat dari para penguasa tanah air untuk menjadikan Indonesia maju dan setara dengan negara lainnya.
c. Ilmu pengetahuan yang kian hari kian berkembang tanpa mengenal batas maupun situasi.
d. Stratifikasi sosial terbuka ditandai dengan banyak warga negara Indonesia ingin menikah dengan warga Negara asing agar strata sosialnya dalam masyarakat meningkat.
e. Bangsa eropa mempergunakan jalur perdagangan untuk menyebarkan agama dan budaya.

H. Mas’oed Abidin (2008) mengemukakan bahwa globalisasi membawa perubahan perilaku, terutama pada generasi muda (para remaja). Globalisasi bisa menggeser pola hidup masyarakat. Dari agraris tradisional menjadi masyarakat industri modern, dari kehidupan berasaskan kebersa­maan menjadi kehidupan individualis, dari lamban kepada serba cepat, dari berasas nilai sosial menjadi konsumeris materi­alis, dari tata kehidupan bergantung dari alam berubah menguasai alam, dan dari kepemimpinan formal menjadi kepe­mimpinan kecakapan (profesional) dan hal ini disebut perubahan sosial yang akhirnya dapat berimbas pada kenakalan remaja, Kriminalitas dan aksi protes/Demonstrasi.

Menurut Sir Edwar Burnett Tylor, seorang ahli antropologi dari Inggris mendefinisikan budaya sebagai pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam hubungan dengan definisi budaya di atas khususnya mengenai kecakapan yang diperoleh manusia, menurut M. Habib Mustofa, seorang ahli sosiologi, menyatakan bahwa pandangan hidup merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi acuan dan cita-cita baik bagi perorangan, kelompok masyarakat, maupun bangsa.

Sebagai bangsa yang kuat dan bisa bertahan di era globalisasi yang terus berputar ini, kita sebagai masyarakat berkewajiban membentuk Sumber Daya Manusia (SDM). Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa generasi muda menganggap globalisasi adalah hal yang sangat menyenangkan. Selain mereka dapat menemukan hal-hal yang baru dan mengenal segala sesuatu secara bebas, generasi muda juga memiliki peran penting dalam pelestarian nilai-nilai budaya khususnya budaya lokal. Dari 100 angket yang diberikan kepada 100 responden, 100% memberikan jawaban bahwa ada peran generasi muda dalam melestarikan budaya khususnya budaya lokal. Pristiadi Utomo (2008) mengemukakan budaya lokal adalah budaya yang hidup dan berkembang pada suku bangsa di setiap daerah. Misalnya, budaya Jawa, budaya Batak, budaya Bali, budaya Kalimantan, budaya Minahasa, dan lain-lain.

Contoh budaya Minahasa adalah budaya yang hidup dan berkembang di daerah atau suku Minahasa. Menurut H. N. Sumual (1995), ada tiga kondisi utama sistem nilai budaya Minahasa yaitu kaya spiritual, kaya intelektualitas, dan kaya materialitas. Kaya spiritual berpangkal dari proses bertumbuhkembangnya dalam pribadi orang Minahasa dimensi penghayatan akan faktor transendetal dalam kehidupan secara menyeluruh. Kaya Intelektualitas adalah salah satu pilar dalam konsepsi kaya paripurna orang Minahasa, dicapainya melalui sikap dan kinerja seumur hidup yang merayakan kecerdasan. Kaya materialitas adalah sisi lain dari kaya paripurna yang merupakan arah faktual dari aktivitas kedirian hakiki orang Minahasa yang berjiwa paripurna. Budaya “mapalus” atau gotong royong pun dipandang oleh setiap manusia Minahasa sebagai suatu kehormatan eksistensial kemanusiaanya. Masyarakat Minahasa akan menjalani hidup dan penghidupannya secara positif, tak mudah berputus asa ataupun mencari letak kelemahan di pihak lain manapun. Dan secara kreatif mengikhtiarkan  penghidupannya itu atas kesadaran realistis. Dengan wahana itulah, orang Minahasa meraih kembali fitrah dirinya mewujudkan jati dirinya, mencapai keunggulan demi keunggulannya di tengah ajang pergaulan lokal –nasional- internasional.

Selain itu, contoh budaya lokal terpancar dari etos budaya orang Jawa. Watak khas orang Jawa penuh ketenangan dan kepasrahan diri. Di samping itu, pada pribadi orang Jawa terpancar adanya keselarasan, moral yang tinggi, kejujuran, dan dapat menerima keadaan sebagaimana adanya. Dibalik sikapnya yang serba sederhana itu, orang Jawa terkenal ulet, rajin bekerja, dan tahan menderita serta mencintai kesenian daerahnya sendiri.

Berbagai bentuk kegiatan lainnya telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam hal ini pemerintah daerah maupun pemerintah pusat serta lembaga-lembaga pendidikan, dalam rangka pelestarian budaya lokal dan budaya bangsa. Pergelaran/pentas seni dan budaya, pertukaran pemuda, berbagai lomba kreativitas budaya, dan upaya-upaya lainnya merupakan bentuk-bentuk pelestarian budaya bangsa, seperti yang dilakukan oleh Sanggar Maesaan Pinabetengan bekerjasama dengan Yayasan Al-Izhar Pondok Labu, Jakarta yang telah menampilkan perpaduan musik antara budaya lokal dan budaya barat. Pergelaran seni-budaya ini ditampilkan oleh generasi muda, penerus cita-cita bangsa.

Pandangan  dan cara hidup contoh di atas, merupakan kekayaan budaya lokal suku Minahasa dan suku Jawa yang kesemuanya merupakan kekayaan budaya Indonesia.

Dari uraian di atas, jelas bahwa pelestarian budaya lokal menjadi tanggung jawab semua komponen bangsa khususnya generasi muda. Peran generasi muda sangatlah dibutuhkan dalam pelestarian budaya lokal sebagai wahana kebangkitan bangsa. Maka mau tidak mau, proses pembangunan SDM mesti ditempuh dengan menciptakan karakter bangsa yang kokoh sebagai modal sosial dalam menghadapi tantangan global. Sebenarnya, banyak peluang yang didapati oleh generasi muda dalam membangun karakter sosial sebagai modal menghadapi tantangan global khususnya untuk melestarikan budaya lokal sebagai wahana kebangkitan bangsa. Salah satu peluangnya yaitu tidak sedikit generasi muda yang mendapat kesempatan untuk menimba ilmu di negara tetangga. Yang menjadi kebanggaannya lagi, banyak yang bisa mengharumkan nama baik Indonesia dalam kanca Internasional. Dengan “think globally, act locally” yang artinya berpikir secara global sehingga membawa banyak peluang bagi kemajuan bangsa kita.

Ternyata generasi muda memiliki peran dalam pelestarian budaya lokal sebagai wahana kebangkitan bangsa, sebagai berikut :
-       generasi muda hendaknya sanggup menata hubungan antarsuku dan antarbudaya.
-       ikut serta dalam kegiatan sosialisasi terhadap budaya lokal
-       memahami dengan cepat, tanggap, dan respon terhadap tantangan yang masuk berupa pengaruh kebudayaan asing.
-       belajar dengan tekun disertai dengan berprestasi dan rajin beribadah
-       menggunakan peluang revolusi globalisasi dengan sebaik mungkin
-       berpikir kritis dan berlaku selektif terhadap budaya asing yang masuk
-       memahami perkembangan dunia
-       mampu memanfaatkan globalisasi untuk pembangunan bangsa
-       berpedoman kepada nilai-nilai budaya komunikasi tradisional
-       mempersiapkan diri agar generasi yang akan datang bisa memiliki pendidikan, keahlian yang memadai, sehat, dan sigap beradaptasi menghadapi gelombang perubahan yang kian cepat dengan topangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang serta masuknya budaya asing ke dalam budaya kita, Indonesia.

        Dengan demikian eksistensi budaya spiritual yang beragam di daerah Minahasa harus dipelihara dan terus dikembangkan karena memberi kontribusi bagi pembangunan Kabupaten Minahasa dengan salah salah satu objek wisata yaitu Pinabetengan melalui upacara adat Maesaan “Watu Pinawetengan” karena dapat menarik simpati wisatawan lokal maupun  Internasional. Sekaligus juga melalui upacara adat ini, masyarakat lokal lebih menonjolkan karakter melalui arti dari semboyan berikut : “Maleoleosan”(Hidup rukun dan damai), “Masawang-sawangan”(Hidup untuk membantu orang lain), dan “Maesa-esaan”(Hidup dengan persatuan). Sehingga melalui semboyan ini, karakter masyarakat Minahasa masih terjaga walaupun adanya pengaruh dari budaya asing.




BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
-          Globalisasi memang membawa banyak tantangan (sosial, budaya, ekonomi, politik dan bahkan menyangkut setiap aspek kehidupan manusia) tapi juga menjanjikan harapan‑harapan dan kemajuan.
-          Masyarakat minahasa harus bersikap arif dan mampu merumuskan serta mengaktualisasikan kembali nilai-nilai kebangsaan yang tangguh dalam berinteraksi terhadap tatanan dunia luar dengan tetap berpijak pada jati diri bangsa serta menyegarkan dan memperluas makna pemahaman kebangsaan dengan mengurangi berbagai dampak negatif yang akan timbul.
-          Generasi muda memiliki peran penting dalam melestarikan budaya lokal di era globalisasi.

5.2. SARAN
-          Jadilah generasi muda yang mampu melestarikan budaya lokal.
-          Pemerintah harus terus melakukan upaya-upaya pelestarian budaya lokal dengan melibatkan generasi muda.


 

DAFTAR PUSTAKA

Jhon J. Macionis. 1997. Sosiologi. New Jersey : Simon dan  Schuster. Khususnya Chapter 24 “Social Change : Traditional, Modern and postmodern societies”.
Saptono dan B. S. Sulasmono. 2007.Sosiologi SMA Kelas XII. Jakarta:  Phibeta Aneka Gama.
_______________________. 2007.Sosiologi SMA Kelas XI. Jakarta: Phibeta Aneka Gama.
Maryati, Kun dan Suryawati, Juju. 2007.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XII. Jakarta: Esis.
Suparlan, Parsudi. 2005. Suku bangsa dan Hubungan antar suku bangsa.Jakarta: Grasindo
Wrahatnala, Bondet. 2007.Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI.Surakarta: Sekawan Cipta Karya.
________________.2007. Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XII.Surakarta: Sekawan Cipta Karya.
Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi memahami dan mengkaji masyarakat untuk kelas X SMA dan MA.Bandung: Grafindo Media Pratama.
Mu’in, Idianto.2004.Sosiologi SMA jilid I untuk SMA kelas X Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi.Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://www.anneahira.com/kebudayaan-minahasa.htm
http://melayuonline.com/ind/news/read/7741/katrili-tarian-tradisional-minahasa-warisan-portugis
US:official&prmd=imvnsbl&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=86CAULfAK8eRiQerzYDoDQ&ved=0CAoQ_AUoAQ&biw=1366&bih=677


 ANGKET.



Description: GMIM2.jpgYAYASAN GMIM DS. AZR WENAS
UNIT PENDIDIKAN DAN PERSEKOLAHAN KRISTEN
SMA KRISTEN 2 (BINSUS) TOMOHON
Alamat: Jln Kampus,Talete 2 kecamatan Tomohon Tengah, kota Tomohon, provinsi Sulawes Utara
Tlp. (0431) 353445 ; Fax (0431) 353445 ; situs: www.binsus-tomohon.org ;
                                                 email: smakr2_binsus_tomohon@yahoo.com
______________________________________________________________________________
Kepada Yth    :
Seluruh Tokoh-tokoh masyarakat/Adat sekaligus tokoh-tokoh Agama dan seluruh Masyarakat sekitar daerah Watu Pinawetengan.
Di Tempat.

Pengantar.
Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Ia selalu mencurahkan berkat dan anugerah-Nya, sehingga kami akan menyelesaikan Tugas dan tanggungjawab kami sebagai peserta didik di SMA Kristen 2 Binsus Tomohon Melalui Pelajaran Sosiologi.
            Kuisioner ini dibuat sebagai pemenuhan Tugas Sosiologi dengan Standar Kompetensi : Penelitian Sosial. Oleh karena, itu kami memohon bantuan kepada para responden untuk membantu kami dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada sesuai keadaan dan keinginan responden.
            Harapan kami semoga para responden dapat memberikan dukungan dalam penelitian ini. Akhir kata Kami  mengucapkan banyak terima kasih kepada semua responden yang telah membantu kami dalam penelitian ini.
Tomohon,    Januari 2013

Peneliti




Data Responden.
No                                           :
Nama                                       :
Jenis Kelamin                          : L/P  (Lingkari Salah satu)
Kelas                                       :
Umur                                       :         Thn.
Alamat                                                :
                                                                                                                          Tanda Tangan
Kuesioner.
1.      Melalui upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”  dapat mewujudkan karakter Masyarakat lokal.
A.    Sangat setuju               C. Ragu-ragu.              E.Sangat Tidak setuju.
B.     Setuju                          D.Tidak Setuju
2.      Melalui Upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”  dapat merangsang masyarakat untuk bersikap jujur, adil, kreatif dan Mandiri.
A.    Sangat setuju               C. Ragu-ragu.              E.Sangat Tidak setuju.
B.     Setuju                          D.Tidak Setuju

3.      Upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”  dapat mengembangkan wisata budaya daerah minahasa.
A.    Sangat setuju               C. Ragu-ragu.              E.Sangat Tidak setuju.
B.     Setuju                          D.Tidak Setuju

4.      Upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”  dapat memberi kontribusi bagi Pendapatan daerah dan masyarakat melalui kunjungan atau ziarah.
A.    Sangat setuju               C. Ragu-ragu.              E.Sangat Tidak setuju.
B.     Setuju                          D.Tidak Setuju

5.      Globalisasi dan Westerenisasi merupakan pengaruh Terpuruknya kebudayaan Minahasa.
A.    Sangat setuju               C. Ragu-ragu.              E.Sangat Tidak setuju.
B.     Setuju                          D.Tidak Setuju

6.      Pergeseran nilai budaya lokal disebabkan oleh kurangnya pastisipasi dari masyarakat dan perhatian Pemerintah.
A.    Sangat setuju               C. Ragu-ragu.              E.Sangat Tidak setuju.
B.     Setuju                          D.Tidak Setuju
  
7.        Generasi muda perlu terlibat dalam Upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”.
A.    Sangat setuju               C. Ragu-ragu.              E.Sangat Tidak setuju.
B.     Setuju                          D.Tidak Setuju
8.      Pemerintah berperan penting dalam melestarikan serta melindungi akan keutuhan dari peninggalan nenek moyang “watu pinawetengan” .
A.    Sangat setuju               C. Ragu-ragu.              E.Sangat Tidak setuju.
B.     Setuju                          D.Tidak Setuju

9.       Melaksanakan ritual dan menjaga keutuhan merupakan peran masyarakat dalam melestarikan “watu pinawetengan”.
A.    Sangat setuju                     C. Ragu-ragu. E.Sangat Tidak setuju.
B.     Setuju                                D.Tidak Setuju
10.   Apa saran untuk pihak terkait (Institusi Sosial dan swasta) mengenai perkembangan Budaya Minahasa terlebih khusus upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan. ?
Saran ;



Wawancara
1.      Apakah melalui upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”  dapat mewujudkan karakter Masyarakat lokal ? 
2.      Apakah melalui Upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”  dapat merangsang masyarakat untuk bersikap jujur, adil, kreatif dan Mandiri ?
3           3. Apakah Upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”  dapat mengembangkan wisata budaya daerah minahasa?
4         4.Apakah Upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”  dapat memberi kontribusi bagi Pendapatan daerah dan masyarakat melalui kunjungan atau ziarah?
5         5.Apakah Globalisasi dan Westerenisasi merupakan pengaruh Terpuruknya kebudayaan Minahasa?
6         6.Apakah Pergeseran nilai budaya lokal disebabkan oleh kurangnya pastisipasi dari masyarakat dan perhatian Pemerintah ?
7         7. Apakah Generasi muda perlu terlibat dalam Upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan”.?
8        8. Apakah Pemerintah berperan penting dalam melestarikan serta melindungi akan keutuhan dari peninggalan nenek moyang “watu pinawetengan”  ?
9        9.Apakah Melaksanakan ritual dan menjaga keutuhan merupakan peran masyarakat dalam melestarikan “watu pinawetengan” ?
10.  Apa Saran untuk pihak terkait (Institusi Sosial dan swasta) mengenai perkembangan Budaya Minahasa terlebih khusus Upacara adat wata’ esa ene “watu pinawetengan. ?