Senin, 04 Maret 2013

Gereja Sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang Percaya


Laporan Hasil Wawancara
“Peran Gereja Sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang Percaya”

Narasumber ;
Pdt.Dr Hein Arina, M.Th
(Rektor UKIT Ds.A.Z.R Wenas)

Oleh ;
Jenuard Teguh Nelwan
Kristo Esandri Tangel
Feralita Sumampouw
Gloria Mewengkang
Centaine Lampa

SMA KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON
2012

KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera, Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat, Rahmat dan Kasih sayang-Nya sehingga Ia mengizinkan kami Kelompok “Matthew” dapat menyelesaikan Tugas yaitu Mewawancarai salah satu dari Badan Pekerja Sinode GMIM atau Dosen-dosen di Universitas Kristen dengan Topik “ Peran Gereja Sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang Percaya”  dari Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Tujuan kami mengadakan Wawancara ini, yaitu ;
·         Mengetahui Program-Program Gereja Khususnya GMIM terkait dengan Peran Gereja sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang Percaya.
·         Mengetahui Jika adanya perbedaan Antara Peran Gereja sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang Percaya.
·         Mengetahui cara-cara Gereja Menyikapi masalah-masalah sosial di Masyarakat.
·         Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen 2 Binsus Tomohon.
Ucapan Terimah Kasih Kepada ;
·         Pdt Dr Hein Arina, M.Th selaku Rektor di Universitas Kristen Indonesia Tomohon Yayasan Ds.A.Z.R Wenas, yang telah menjadi Narasumber kami.
·         Pdt D Masengi-Paninggiran, S.Th, M.PDK  selaku Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen 2 Binsus Tomohon, yang telah memberikan tugas kepada kelompok kami untuk mencari informasi sesuai Topik yang ada.
·         Teman-teman sekelompok yaitu ; Mosses,Christo, Ferelita, Centaine dan Gloria, yang penuh semangat mewawancarai narasumber untuk memperoleh informasi.

Laporan Hasil Wawancara

1.    Tema        : “Peran Gereja Sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang Percaya”

2.    Tempat     : Gedung Perkuliahan dari mahasiswa di LPK Bahasa Jepang.

3.    Waktu       : Jumat, 21 September 2012. Jam 14.30 - 15.15

4.    Narasumber  : Pdt DR Hein Arina, M.Th

5.    Pewawancara :

1.    Jenuard Mosses Nelwan
2.    Gloria Mewengkang
3.    Centaine Lampa

6.    Notulis     : Feralita Sumampouw

7.    Perekam  : Christo Esandri Tangel

8.    Daftar Pertanyaan dan Jawaban ;


1.    (Mosses)        Dapatkah bapak memberikan Contoh-contoh Program pelayanan GMIM terkait dengan Gereja sebagai Institusi sosial dan sebagai persekutuan orang percaya ?
Jawaban ; Gereja Mendirikan Sekolah-sekolah untuk pelayanan Pendididkan sekaligus memberikan Beasiswa, pelayanan kesehatan dengan mendirikan Rumah-rumah sakit serta berdiakonia kepada jemaat-jemaat yang membutuhkan.

2.    (Gloria )          Adakah perbedaan antara peran gereja sebagai Institusi Sosial dan Gereja sebagai Persekutuan orang percaya ?
Jawaban ; Tidak ada perbedaan karena hal itu sama, ketika gereja melayani masalah-masalah sosial itu adalah implementasi dari beriman sehingga pada saat itu juga persekutuan itu diukur dengan  masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan diakonia

3.    (Centaine)     Bagaimana Cara Gereja dalam menyikapi masalah-masalah sosial di masyarakat terlebih khusus munculnya fenomena Ilmu Hitam di kalangan Remaja dan Pertikaian ?
Jawaban ; Sebenarnya mengatasi fenomena tersebut tidaklah sulit, Gereja harus menjadikan Alkitab sebagai firman Allah untuk membentuk dan mendidik remaja artinya menjadikan Alkitab sebagai bahan ajar utama

4.    (Mosses)        “Menurut pengamatan Kami lewat Koran atau media masa, sepertinya GMIM ada kecenderungan merangsang orang untuk bertikai”  Bagaimana pendapat bapak ?
Jawaban ; Tidak ada, Sebab mana mungkin Gereja merangsang orang untuk bertikai, justru sebaliknya yang terjadi, gereja itu memotivasi untuk merealisasikan iman itu sehingga terjadi kedamaian, sebab sifat dan jiwa geraja bukan hal itu, jiwa gereja ialah menghadirkan Syalom. Kalau pertikaian itu hanya bagian dari makhluk sosial.
*(Mosses) Menanggapi “Bagaimana Jika ada pemimpin-pemimpin gereja sendiri yang memicu terjadinya pertikaian” ?
Jawaban ; Kalaupun hal itu terjadi hanya disebabkan oleh imannya yang lemah dan kematangannya yang rendah, tetapi kalau sebagai lembaga Gereja hal tersebut tidak ada, sebab Gereja itu menghadirkan Syalom.

5.    (Gloria)           Bagaimana pandapat bapak, mengenai orang-orang yang memegang jabatan politis atau jabatan struktural dalam pemerintahan, yang cenderung ingin memegang jabatan gerejawi ?
Jawaban ; hal tersebut bukanlah masalah,selama orang itu betul-betul tujuannya ialah untuk membantu dan melayani, itu justru memperkaya gereja ketika ada orang-orang memegang jabatan structural atau jabatan dibidang politik ingin menyediakan waktu tertentu untuk gereja selama tujuannya untuk melayani hal ini bisa menjadi kesaksian sebab hal ini merupakan teladan bagi banyak orang, kecuali merubah sifat gereja menjadi politik.

6.    (Centaine)     Mengapa banyak pemuda dan remaja GMIM ingin mengikuti aliran pantekosta baru atau gerakan kharismatik ? Apakah hal di atas dipicu oleh kelalaian gereja, Menurut bapak bagaimana cara mengatasinya ?
Jawaban ; Dunia sekarang kebebasan sudah terbuka, kebebasan itu semacam perkembangan ilmu terutama ilmu bidang teologi yang semakin berkembang. jadi sudah berkembang teologi kotemporer artinya kebebasan paling penting seperti berpikir bebas dan tidak takut menyampaikan ide sehingga akibatnya tidak ada rasa malu dan takut lagi untuk misalnya “Hari minggu ini saya tidak masuk GMIM masuk tempat ibadah yang lain” Degan perkembangan zaman membuat Perkembangan Filsafat semakin tinggi, pengetahuan semakin tinggi, pengaruh yang semakin besar, kebebasan berpikir, maka dengan demikian kalau dikatakan GMIM sudah tidak lagi menjawab kebutuhan mereka, disatu pihak mungkin saja. Tetapi menurut saya bukan itu masalahnya karena kalau kita melihat volume pelayanan GMIM itu besar seperti Pelayanan kepada BIPRA (Bapak,Ibu,Pemuda,Remaja,Anak), Kolom, salinan, KKR jadi semuanya disiapkan sarana untuk pembentukan Rohani yang baik, tapi itu dampak dari kemajuan, sebab kebebasan yang mempengaruhi, jadi hal ini bukan disebabkan oleh kelemahan gereja. Kalaupun ada hal ini lebih membangun GMIM untuk  memperthatikan sekaligus merancang suatu program yang tidak bersifat konseptual tapi bersifat praktis untuk menjawab setiap kebutuhan.

7.    (Centaine)     Apakah kunjungan rumah  (diluar ibadah HUT) merupakan salah satu pelaksaan peran gereja sebagai persekutuan ?
Jawaban ; Memang sebenarya kalau Gembala atau pelayan berkunjung ke rumah jemaat jangan hanya  karena ada iven-iven atau peristiwa-peristiwa syukuran dan HUT, itu memang secara administratif, Formal dan normatif kita buat seperti itu tapi sebenarnya sebagai tugas gembala atau pelayan harus setiap waktu atau setiap saat pelayan bisa berkunjung ke warga gereja, baik warga itu dalam keadaan stabil ataupun tidak stabil harus dikunjungi.

*(Mosses) Menanggapi  “Jadi Apakah Gereja Menyediakan wadah Konseling ketika Jemaat Mengalami ketidakstabilan dalam hidup ?
Jawaban ; Ya ada, Misalnya di ibadah Kolom, itu merupakan sarana. Kemudian di Pastori, sebab pastori itu rumah sebagai pusat pengembalaan ataupun rumah dimana Seorang Pendeta Tinggal, itukan rumah yang dibeli oleh jemaat dan semua biaya hidup disiapkan oleh jemaat, maka rumah tersebut bukan hanya sekedar tempat tidur pendeta dan juga bukan sekedar tempat nonon TV oleh Pendeta, jadi rumah tersebut adalah suatu fasilitas/sarana yang dibuat sebagai pusat pendidikan dan pengembalaan. Selain itu juga ada kantor Jemaat, Konsistori dan juga secara Komunal/Bersama ada kaum Ibu, Kaum Bapak,  Kolom, itukan tempat-tempat yang disiapkan.

*(Mosses) Menanggapi “Jadi Bapak bagaimana dengan Gereja yang belum menyediakan Fasilitas sekaligus belum paham mengenai penyediaan wadah konseling ini”
Jawaban ; Ketika Pendeta hadir di jemaat, ketika penatua dan syamas ada di jemaaat, ketika dibangun Gedung Gereja, Itu sebenarnya Sarana. Jangankan itu Rumah jemaat pun sebagai sarana konseling, ketika  pelayan berkunjung dan menanyakan Kamu sehat, tidak ? : Sehat, Mama Mana : Lagi Masak, Bapak Mana : Lagi pindah sapi di kebun, Nah hal tersebut merupakan Pengembalaan.

8.    Bagaimana pendapat bapak tentang Persembahan di beberapa gereja ? Menjalankan 5 sampai 7 Pundi persembahan.
Jawaban ; Hal itu hanya Merupakan teknis saja, dan juga yang saya ketahui ada jemaat yang hanya satu kota saja. Hal tersebut perlu sosialisasi, soal banyaknya atau sedikitnya itu bukan inti, yang menjadi inti ialah apakah jemaat dilatih, dibentuk, dididik dan mengerti tentang arti persembahan dan  itu penting, yang menjadi persoalan bukan soal banyak kotaknya, memang banyak orang yang mengatakan itu jelek tapi yang lain mengatakan itu bagus dan hal tersebut hanya merupakan teknis. Yang paling penting intinya ialah apakah warga gereja ini mengerti esensi atau substansi pokok dari persembahan itu.

*(Mosses) Menanggapi “Bagaimana Jika ada kecenderungan Pelayan Khusus memaksa jemaat untuk memberikan persembahan ?
Jawaban ; Tidak Bisa Memaksa, Persembahan itu ialah ungkapan iman secara sukarela tidak boleh dipaksa, kalaupun kelihatan mereka itu, hal tersebut merupakan motivasi, itu mungkin menjelaskan bagaimana pengertian persembahan. Kalau dipaksa bukan persembahan namanya itu sebab persembahan itu bukan soal banyak-sedikitnya atau kaya-miskinya  tapi karena soal hati dan kerelaan.

Kesimpulan ;
·         Contoh-contoh Program pelayanan GMIM terkait dengan Gereja sebagai Institusi sosial dan sebagai persekutuan orang percaya ialah Gereja Mendirikan Sekolah-sekolah untuk pelayanan Pendididkan sekaligus memberikan Beasiswa, pelayanan kesehatan dengan mendirikan Rumah-rumah sakit serta berdiakonia kepada jemaat-jemaat yang membutuhkan.

·         Cara Gereja dalam menyikapi masalah-masalah sosial di masyarakat ialah Gereja harus menjadikan Alkitab sebagai firman Allah untuk membentuk dan mendidik remaja artinya menjadikan Alkitab sebagai bahan ajar utama.

·         Gereja tidak merangsang orang untuk bertikai, justru sebaliknya yang terjadi, gereja itu memotivasi untuk merealisasikan iman itu sehingga terjadi kedamaian, sebab sifat dan jiwa geraja bukan hal itu, jiwa gereja ialah menghadirkan Syalom.
·         orang-orang yang memegang jabatan politis atau jabatan struktural dalam pemerintahan bukanlah masalah untuk memegang jabatan gerejawi selama orang itu betul-betul tujuannya ialah untuk membantu dan melayani, kecuali merubah sifat gereja menjadi politik.

·         Gereja Menyediakan wadah Konseling ketika Jemaat Mengalami ketidakstabilan dalam hidup seperti di ibadah Kolom, Pastori, sebab pastori itu rumah sebagai pusat pengembalaan ataupun rumah dimana Seorang Pendeta Tinggal. Selain itu juga ada kantor Jemaat, Konsistori dan juga secara Komunal/Bersama ada kaum Ibu, Kaum Bapak. Ketika dibangun Gedung Gereja, Itu sebenarnya Sarana dan Jangankan itu, Rumah Jemaat pun sebagai sarana konseling.

·         Persembahan di beberapa gereja yang menjalankan 5 sampai 7 Pundi persembahan, itu hanya Merupakan teknis saja. Hal tersebut perlu sosialisasikan, soal banyaknya atau sedikitnya itu bukan inti, yang menjadi inti ialah apakah jemaat dilatih, dibentuk, dididik dan mengerti tentang arti persembahan dan apakah warga gereja ini mengerti esensi atau substansi pokok dari persembahan itu.

2 komentar: