Laporan
Hasil Wawancara
“Peran
Gereja Sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang Percaya”
Narasumber
;
Pdt.Dr
Hein Arina, M.Th
(Rektor
UKIT Ds.A.Z.R Wenas)
Oleh
;
Jenuard
Teguh Nelwan
Kristo
Esandri Tangel
Feralita
Sumampouw
Gloria
Mewengkang
Centaine
Lampa
SMA
KRISTEN 2 BINSUS TOMOHON
2012
KATA
PENGANTAR
Salam
Sejahtera, Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat,
Rahmat dan Kasih sayang-Nya sehingga Ia mengizinkan kami Kelompok “Matthew”
dapat menyelesaikan Tugas yaitu Mewawancarai salah satu dari Badan Pekerja
Sinode GMIM atau Dosen-dosen di Universitas Kristen dengan Topik “ Peran Gereja
Sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang Percaya” dari Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Tujuan
kami mengadakan Wawancara ini, yaitu ;
·
Mengetahui Program-Program Gereja Khususnya
GMIM terkait dengan Peran Gereja sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang
Percaya.
·
Mengetahui Jika adanya perbedaan Antara Peran
Gereja sebagai Institusi Sosial dan Persekutuan Orang Percaya.
·
Mengetahui cara-cara Gereja Menyikapi
masalah-masalah sosial di Masyarakat.
·
Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen 2 Binsus Tomohon.
Ucapan
Terimah Kasih Kepada ;
·
Pdt Dr Hein Arina, M.Th selaku Rektor di
Universitas Kristen Indonesia Tomohon Yayasan Ds.A.Z.R Wenas, yang telah
menjadi Narasumber kami.
·
Pdt D Masengi-Paninggiran, S.Th, M.PDK selaku Guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Kristen di SMA Kristen 2 Binsus Tomohon, yang telah memberikan tugas kepada
kelompok kami untuk mencari informasi sesuai Topik yang ada.
·
Teman-teman sekelompok yaitu ;
Mosses,Christo, Ferelita, Centaine dan Gloria, yang penuh semangat mewawancarai
narasumber untuk memperoleh informasi.
Laporan Hasil Wawancara
1. Tema : “Peran Gereja Sebagai Institusi Sosial
dan Persekutuan Orang Percaya”
2. Tempat
: Gedung Perkuliahan dari mahasiswa di
LPK Bahasa Jepang.
3. Waktu : Jumat, 21 September 2012. Jam 14.30 -
15.15
4.
Narasumber : Pdt DR Hein Arina, M.Th
5.
Pewawancara :
1. Jenuard
Mosses Nelwan
2. Gloria
Mewengkang
3. Centaine
Lampa
6.
Notulis :
Feralita Sumampouw
7.
Perekam :
Christo Esandri Tangel
8.
Daftar Pertanyaan dan Jawaban ;
1.
(Mosses) Dapatkah
bapak memberikan Contoh-contoh Program pelayanan GMIM terkait dengan Gereja
sebagai Institusi sosial dan sebagai persekutuan orang percaya ?
Jawaban
; Gereja Mendirikan Sekolah-sekolah untuk pelayanan Pendididkan sekaligus
memberikan Beasiswa, pelayanan kesehatan dengan mendirikan Rumah-rumah sakit
serta berdiakonia kepada jemaat-jemaat yang membutuhkan.
2.
(Gloria ) Adakah
perbedaan antara peran gereja sebagai Institusi Sosial dan Gereja sebagai
Persekutuan orang percaya ?
Jawaban
; Tidak ada perbedaan karena hal itu sama, ketika gereja melayani
masalah-masalah sosial itu adalah implementasi dari beriman sehingga pada saat
itu juga persekutuan itu diukur dengan
masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan diakonia
3.
(Centaine) Bagaimana
Cara Gereja dalam menyikapi masalah-masalah sosial di masyarakat terlebih
khusus munculnya fenomena Ilmu Hitam di kalangan Remaja dan Pertikaian ?
Jawaban
; Sebenarnya mengatasi fenomena tersebut tidaklah sulit, Gereja harus
menjadikan Alkitab sebagai firman Allah untuk membentuk dan mendidik remaja
artinya menjadikan Alkitab sebagai bahan ajar utama
4.
(Mosses) “Menurut
pengamatan Kami lewat Koran atau media masa, sepertinya GMIM ada kecenderungan
merangsang orang untuk bertikai” Bagaimana pendapat bapak ?
Jawaban
; Tidak ada, Sebab mana mungkin Gereja merangsang orang untuk bertikai, justru
sebaliknya yang terjadi, gereja itu memotivasi untuk merealisasikan iman itu
sehingga terjadi kedamaian, sebab sifat dan jiwa geraja bukan hal itu, jiwa
gereja ialah menghadirkan Syalom. Kalau pertikaian itu hanya bagian dari
makhluk sosial.
*(Mosses)
Menanggapi “Bagaimana Jika ada pemimpin-pemimpin gereja sendiri yang memicu
terjadinya pertikaian” ?
Jawaban
; Kalaupun hal itu terjadi hanya disebabkan oleh imannya yang lemah dan
kematangannya yang rendah, tetapi kalau sebagai lembaga Gereja hal tersebut
tidak ada, sebab Gereja itu menghadirkan Syalom.
5.
(Gloria) Bagaimana
pandapat bapak, mengenai orang-orang yang memegang jabatan politis atau jabatan
struktural dalam pemerintahan, yang cenderung ingin memegang jabatan gerejawi ?
Jawaban
; hal tersebut bukanlah masalah,selama orang itu betul-betul tujuannya ialah
untuk membantu dan melayani, itu justru memperkaya gereja ketika ada
orang-orang memegang jabatan structural atau jabatan dibidang politik ingin
menyediakan waktu tertentu untuk gereja selama tujuannya untuk melayani hal ini
bisa menjadi kesaksian sebab hal ini merupakan teladan bagi banyak orang,
kecuali merubah sifat gereja menjadi politik.
6.
(Centaine) Mengapa
banyak pemuda dan remaja GMIM ingin mengikuti aliran pantekosta baru atau
gerakan kharismatik ? Apakah hal di atas dipicu oleh kelalaian gereja, Menurut
bapak bagaimana cara mengatasinya ?
Jawaban
; Dunia sekarang kebebasan sudah terbuka, kebebasan itu semacam perkembangan
ilmu terutama ilmu bidang teologi yang semakin berkembang. jadi sudah
berkembang teologi kotemporer artinya kebebasan paling penting seperti berpikir
bebas dan tidak takut menyampaikan ide sehingga akibatnya tidak ada rasa malu
dan takut lagi untuk misalnya “Hari minggu ini saya tidak masuk GMIM masuk
tempat ibadah yang lain” Degan perkembangan zaman membuat Perkembangan Filsafat
semakin tinggi, pengetahuan semakin tinggi, pengaruh yang semakin besar,
kebebasan berpikir, maka dengan demikian kalau dikatakan GMIM sudah tidak lagi
menjawab kebutuhan mereka, disatu pihak mungkin saja. Tetapi menurut saya bukan
itu masalahnya karena kalau kita melihat volume pelayanan GMIM itu besar
seperti Pelayanan kepada BIPRA (Bapak,Ibu,Pemuda,Remaja,Anak), Kolom, salinan,
KKR jadi semuanya disiapkan sarana untuk pembentukan Rohani yang baik, tapi itu
dampak dari kemajuan, sebab kebebasan yang mempengaruhi, jadi hal ini bukan
disebabkan oleh kelemahan gereja. Kalaupun ada hal ini lebih membangun GMIM
untuk memperthatikan sekaligus merancang
suatu program yang tidak bersifat konseptual tapi bersifat praktis untuk
menjawab setiap kebutuhan.
7.
(Centaine) Apakah
kunjungan rumah (diluar ibadah HUT)
merupakan salah satu pelaksaan peran gereja sebagai persekutuan ?
Jawaban
; Memang sebenarya kalau Gembala atau pelayan berkunjung ke rumah jemaat jangan
hanya karena ada iven-iven atau
peristiwa-peristiwa syukuran dan HUT, itu memang secara administratif, Formal
dan normatif kita buat seperti itu tapi sebenarnya sebagai tugas gembala atau
pelayan harus setiap waktu atau setiap saat pelayan bisa berkunjung ke warga
gereja, baik warga itu dalam keadaan stabil ataupun tidak stabil harus
dikunjungi.
*(Mosses)
Menanggapi “Jadi Apakah Gereja
Menyediakan wadah Konseling ketika Jemaat Mengalami ketidakstabilan dalam hidup
?
Jawaban
; Ya ada, Misalnya di ibadah Kolom, itu merupakan sarana. Kemudian di Pastori,
sebab pastori itu rumah sebagai pusat pengembalaan ataupun rumah dimana Seorang
Pendeta Tinggal, itukan rumah yang dibeli oleh jemaat dan semua biaya hidup
disiapkan oleh jemaat, maka rumah tersebut bukan hanya sekedar tempat tidur
pendeta dan juga bukan sekedar tempat nonon TV oleh Pendeta, jadi rumah
tersebut adalah suatu fasilitas/sarana yang dibuat sebagai pusat pendidikan dan
pengembalaan. Selain itu juga ada kantor Jemaat, Konsistori dan juga secara
Komunal/Bersama ada kaum Ibu, Kaum Bapak,
Kolom, itukan tempat-tempat yang disiapkan.
*(Mosses)
Menanggapi “Jadi Bapak bagaimana dengan Gereja yang belum menyediakan Fasilitas
sekaligus belum paham mengenai penyediaan wadah konseling ini”
Jawaban
; Ketika Pendeta hadir di jemaat, ketika penatua dan syamas ada di jemaaat,
ketika dibangun Gedung Gereja, Itu sebenarnya Sarana. Jangankan itu Rumah
jemaat pun sebagai sarana konseling, ketika
pelayan berkunjung dan menanyakan Kamu sehat, tidak ? : Sehat, Mama Mana
: Lagi Masak, Bapak Mana : Lagi pindah sapi di kebun, Nah hal tersebut
merupakan Pengembalaan.
8.
Bagaimana pendapat bapak tentang Persembahan
di beberapa gereja ? Menjalankan 5 sampai 7 Pundi persembahan.
Jawaban
; Hal itu hanya Merupakan teknis saja, dan juga yang saya ketahui ada jemaat
yang hanya satu kota saja. Hal tersebut perlu sosialisasi, soal banyaknya atau
sedikitnya itu bukan inti, yang menjadi inti ialah apakah jemaat dilatih,
dibentuk, dididik dan mengerti tentang arti persembahan dan itu penting, yang menjadi persoalan bukan
soal banyak kotaknya, memang banyak orang yang mengatakan itu jelek tapi yang
lain mengatakan itu bagus dan hal tersebut hanya merupakan teknis. Yang paling
penting intinya ialah apakah warga gereja ini mengerti esensi atau substansi
pokok dari persembahan itu.
*(Mosses)
Menanggapi “Bagaimana Jika ada kecenderungan Pelayan Khusus memaksa jemaat
untuk memberikan persembahan ?
Jawaban
; Tidak Bisa Memaksa, Persembahan itu ialah ungkapan iman secara sukarela tidak
boleh dipaksa, kalaupun kelihatan mereka itu, hal tersebut merupakan motivasi,
itu mungkin menjelaskan bagaimana pengertian persembahan. Kalau dipaksa bukan
persembahan namanya itu sebab persembahan itu bukan soal banyak-sedikitnya atau
kaya-miskinya tapi karena soal hati dan
kerelaan.
Kesimpulan ;
·
Contoh-contoh Program pelayanan GMIM terkait
dengan Gereja sebagai Institusi sosial dan sebagai persekutuan orang percaya ialah
Gereja Mendirikan Sekolah-sekolah untuk pelayanan Pendididkan sekaligus
memberikan Beasiswa, pelayanan kesehatan dengan mendirikan Rumah-rumah sakit
serta berdiakonia kepada jemaat-jemaat yang membutuhkan.
·
Cara Gereja dalam menyikapi masalah-masalah
sosial di masyarakat ialah Gereja harus menjadikan Alkitab sebagai firman Allah
untuk membentuk dan mendidik remaja artinya menjadikan Alkitab sebagai bahan
ajar utama.
·
Gereja tidak merangsang orang untuk bertikai,
justru sebaliknya yang terjadi, gereja itu memotivasi untuk merealisasikan iman
itu sehingga terjadi kedamaian, sebab sifat dan jiwa geraja bukan hal itu, jiwa
gereja ialah menghadirkan Syalom.
·
orang-orang yang memegang jabatan politis
atau jabatan struktural dalam pemerintahan bukanlah masalah untuk memegang
jabatan gerejawi selama orang itu betul-betul tujuannya ialah untuk membantu
dan melayani, kecuali merubah sifat gereja menjadi politik.
·
Gereja Menyediakan wadah Konseling ketika
Jemaat Mengalami ketidakstabilan dalam hidup seperti di ibadah Kolom, Pastori,
sebab pastori itu rumah sebagai pusat pengembalaan ataupun rumah dimana Seorang
Pendeta Tinggal. Selain itu juga ada kantor Jemaat, Konsistori dan juga secara
Komunal/Bersama ada kaum Ibu, Kaum Bapak. Ketika dibangun Gedung Gereja, Itu sebenarnya
Sarana dan Jangankan itu, Rumah Jemaat pun sebagai sarana konseling.
·
Persembahan di beberapa gereja yang
menjalankan 5 sampai 7 Pundi persembahan, itu hanya Merupakan teknis saja. Hal
tersebut perlu sosialisasikan, soal banyaknya atau sedikitnya itu bukan inti,
yang menjadi inti ialah apakah jemaat dilatih, dibentuk, dididik dan mengerti
tentang arti persembahan dan apakah warga gereja ini mengerti esensi atau
substansi pokok dari persembahan itu.
mantap ka moses (y)
BalasHapusbermanfaat skali kak. makasih banyak
BalasHapus